Ramadan tahun ini membawa berkah tersendiri bagi para pembuat kue apem di Pandeglang, Banten. Permintaan kue tradisional ini melonjak drastis, mengalahkan angka penjualan di hari-hari biasa. Kue apem, dengan cita rasa manis dan tekstur lembutnya, menjadi primadona sebagai hidangan berbuka puasa, tak hanya bagi warga Pandeglang, tetapi juga dari daerah-daerah tetangga.
Tradisi Kuliner yang Mengakar Kuat
Kue apem bukan sekadar hidangan manis, melainkan bagian dari tradisi kuliner yang mengakar kuat di Pandeglang. Kue ini kerap disajikan dalam berbagai acara adat dan keagamaan, termasuk Ramadan. Keistimewaan kue apem Pandeglang terletak pada penggunaan bahan-bahan alami dan proses pembuatan yang masih tradisional, menghasilkan cita rasa otentik yang sulit ditandingi.
Lonjakan Permintaan dan Dampak Ekonomi
Lonjakan permintaan kue apem selama Ramadan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal. Para pembuat kue apem, yang sebagian besar merupakan usaha rumahan, mengalami peningkatan omzet yang signifikan. Hal ini membantu meningkatkan pendapatan keluarga dan menggerakkan roda perekonomian di tingkat desa.
Upaya Memenuhi Permintaan Pasar
Untuk memenuhi permintaan pasar yang tinggi, para pembuat bekerja ekstra keras. Mereka mulai memproduksi sejak dini hari dan terus berlanjut hingga menjelang waktu berbuka puasa. Beberapa pembuat kue bahkan menambah jumlah pekerja harian untuk membantu proses produksi.
Promosi dan Pelestarian Kuliner Tradisional
Pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait turut berperan dalam mempromosikan sebagai kuliner khas Pandeglang. Berbagai festival kuliner dan acara promosi pariwisata seringkali menampilkan sebagai salah satu daya tarik utama. Upaya ini tidak hanya meningkatkan penjualan , tetapi juga melestarikan warisan kuliner tradisional.
Harapan dan Tantangan Masa Depan
Lonjakan permintaan selama Ramadan menjadi momentum penting untuk mengembangkan potensi kuliner tradisional Pandeglang. Diharapkan, dapat terus eksis dan menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia. Namun, para pembuat juga menghadapi tantangan, seperti persaingan dengan kue-kue modern dan fluktuasi harga bahan baku.
Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan produksi dan memastikan warisan kuliner ini tetap lestari.